Badai Film di Musim Dingin Missoula

Asosiasi Dokumenteris Nusantara
0


Oleh : Daniel Rudi Haryanto 


Tahun 2003 ini merupakan tahun ke-20 penyelenggaraan Big Sky Documentary Film Festival (BSDFF) di kota Missoula, Montana Amerika Barat. Festival yang dihelat saban Februari selama 10 hari ini merupakan ruang pertemuan yang berpotensi besar untuk menghubungkan filmmaker nonfiksi dengan industri film yang bekelanjutan.  BSDFF merupakan sebuah festival yang masuk dalam daftar 100 teratas di Film Freeway dan merupakan gerbang Academy Awards (Oscar) bagi film dokumenter berdurasi pendek.


BSDFF diselenggarakan oleh The Big Sky Film Institute (BSFI), sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk mentransformasikan kekuatan film-film dokumenter global, memberdayakan filmmaker, mempromosikan literasi media untuk segala usia, dan menghadirkan perspektif global bagi komunitas setempat. Kekuatan literasi audio visual dapat dirasakan ketika mengunjungi Missoula Public Library (MPL) yang merupakan tempat pusat penyelenggaraan DocShop Filmmaker’s Forum dan Missoula Community Theatre (MCT). Perpustakaan umum dan ruang pertunjukan tersebut terhubung erat dengan BSDFF sebagai pusat arsip film dan pusat penyelenggaraan pertunjukan yang dapat diakses oleh publik secara luas.


BSFI menyelenggarakan program berkelanjutan dalam bentuk Big Sky Documentary Film Festival, Native Filmmaker Initiative yang memberikan ruang luas bagi pembahasan masyarakat adat secara global, Filmmakers in the Schools, Big Sky Documentary Youth Fellowship,  Teen Doc Intensive dan  DocShop Media Industry Conference, serta Filmmaker's Forum. 


Di tengah festival ini, filmmaker dari beberapa negara diundang untuk mengajar di berbagai sekolah menengah dan universitas di Missoula. Ini merupakan program yang sangat menarik sebagai bentuk transformasi pengetahuan global yang dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi generasi muda setempat.Penayangan secara hibrida melalui media daring dan luring di festival ini mampu menyerap 20 ribu penonton untuk menikmati film yang hadir dari berbagai penjuru dunia. Film-film berkualitas tersebut merupakan hasil seleksi selama lima tahun oleh 50 Festival Filmmaker Magazine’s Worth the Entry Fee. 


Tahun ini BSDFF mendatangkan 200 tamu, 150 film non fiksi yang terseleksi dan berkompetisi.Penayangan daring digelar di beberapa lokasi bersejarah, seperti The Wilma Theatre, gedung berbingkai baja pertama di Missoula yang dibangun pada 1921 oleh William "Billy" Simons dan didedikasikan untuk istrinya, artis opera ringan Edna Wilma. Gedung rancangan arsitek Norwegia Ole Bakke dan asistennya H. E. Kirkemo ini berciri khas arsitektur Sullivanesque, berkapasitas 1.400 kursi, lounge, tiga ruang perjamuan, restoran, apartemen, dan kantor. Interior teater didekorasi dengan trim emas  gaya era Raja Louis XIV.


Selain penayangan film dan kompetisi, BSDFF mengadakan Big Sky DocShop selama 5 hari yang merupakan titik pertemuan penting bagi potensi industri film dalam bentuk seminar, master class, diskusi panel, dan pitching film forum. Pelaku industri televisi dan sinema yang menghadiri DocShop forum ini seperti; HBO Documentary Films, Showtime Documentary Films, Tribeca Film Institute, Sundance Doc Fund, The New York Times Op-Docs, ESPN Films, Participant Media, BBC Storyville, CNN Films, ITVS, POV, PBS, America ReFramed, American Experience, Al Jazeera, Nia Tero, Chicken & Egg Pictures, Field of Vision, Film Independent, Ford Foundation dan Catapult Film Fund. 


Program special retrospektif  dilaksanakan dengan menyajikan film-film karya Barbara Kopple, The Maysles Brothers, Travis Wilkerson, Joe Berlinger, Julia Reichert & Steven Bognar, Lucy Walker, Ondi Timoner, Doug Pray, Daniel Junge, Bill & Turner Ross, Chuck Workman, Jeff & Michael Zimbalist, Sam Green, John Cohen, EyeSteel Film, Kartemquin Films, dan Les Blank. 


Filmmaker yang pernah mendapatkan penghargaan di BSDFF antara lain: Colette (Anthony Giacchino), Public Trust (David Garrett Byars), St. Louis Superman (Smriti Mundhra, Sami Khan), My Country No More (Rita Baghdadi, Jeremiah Hammerling), Cradle of Champions (Bartle Bull), The Last of the Elephant Men (Daniel Ferguson, Arnaud Bouquet), Siblings are Forever (Frode Fimland), A World Not Ours (Mahdi Fleifel), This Way of Life (Thomas Burstyn), Steam of Life (Joonas Berghäll & Mika Hotakainen), Blood Brother (Steve Hoover), Chasing Ice (Jeff Orlowski), Last Train Home (Lixin Fan), Sweetgrass (Ilisa Barbash & Lucien Castaing-Taylor), Gasland (Josh Fox), Rough Aunties (Kim Longinotto ), Ashes of American Flags (Brendan Canty & Christoph Green), In A Dream (Jeremiah Zagar), dan Bronx Princess (Yoni Brook & Musa Syeed).


BSDFF juga mendatangkan tamu spesial seperti legenda Indy Rock Yo La Tengo, Komedian Tig Notaro, Steve James (Hoop Dreams), Les Blank (Burden of Dreams), Greg Barker (Sergio), Joe Berlinger (Crude), Ron Mann (Grass), Brendan Canty & Christoph Green (seri Burn To Shine), Chuck Workman (The Life & Times of Andy Warhol), dan Hart & Dana Heinz Perry (Sex: The Revolution).Tiang utamaKesuksesan BSDFF tidak serta merta datang begitu saja. 


Sejak 2004, BSFI telah memulai dari acara seni yang sederhana di Missoula yang berkembang menjadi BSDFF yang kemudian terus berkembang dan berkontribusi menciptakan arus budaya sinema di Missoula dengan menghadirkan cerita global kepada penonton lokal, regional, dan internasional. BSDFF mampu menghangatkan suasana bersalju di pegunungan Amerika Barat. 


Hujan salju pertama musim dingin biasanya tiba pada November di Missoula. Namun, dalam satu dari empat tahun, di Oktober juga turun salju. Musim salju paling sering berakhir pada April. Kira-kira sekali setiap empat tahun di April tidak ada salju, salju turun di bulan Maret.


BSDFF telah menjadi tiang utama perayaan sinema terbesar di Amerika Barat. Kontribusi dan peranan aktif masyarakat, komunitas, pemerintah, dan pelaku bisnis setempat menjadi gambaran kebanggaan untuk terus menghidupkan api semangat keberlanjutan BSDFF.


Sebuah laporan tahun 2009 yang dipublikasikan oleh American University’s Center for Media and Social Impact yang kemudian menjadi The Center for Social Media, menyatakan, ‘Pembuat film umumnya sangat sadar akan dimensi moral dari keahlian mereka, dan tekanan ekonomi dan sosial yang memengaruhi mereka.’ Sejak saat itu film dokumenter mengalami masa keemasan karena pasar media dibuka untuk berbagai jenis media nonfiksi, meskipun kepercayaan media dan institusi sosial terkikis dengan cepat lantaran perkembangan teknologi digital dan perilaku penonton. 


DocShop 2023 dengan berbagai programnya berusaha mengambil semangat hidup dari bentuk seni dan industri dokumenter dengan memperhitungkan dan menjawab kebutuhan tren yang berbeda saat ini.Keindahan seni film dan silaturahmi bertaraf global menjadi kekuatan festival ini untuk mengajak tamu hadir menikmati cuaca yang ekstrem. Mungkin tidak banyak orang mau hadir di Missoula yang tengah membeku jika bukan karena sinema. 


BSDFF membuktikan bahwa kekuatan sinema mampu menghadirkan filmmaker untuk merayakannya.Ketika badai salju melanda Missoula pada 21 Februari 2023 dan suhu udara menurun drastis hingga minus 19 derajat celsius, situasi seperti itu tidak menyurutkan para filmmaker untuk berkumpul di ruang-ruang sinema, bar, dan kafe di kota itu untuk merayakan budaya dan tradisi sinema. Melanjutkan diskusi dari ruang-ruang panel ke meja-meja makan malam dan minum bersama, mendiskusikan berbagai isu global serta kemungkinan-kemungkinan baru untuk masa depan sinema yang lebih baik.


Badai salju Missoula melimpahkan pelajaran berharga bagi kita yang hidup nyaman dengan dua musim di negeri tropis Indonesia, bahwasanya Indonesia yang kaya cerita dan berada di tengah lalu lintas strategis samudra dunia ini memiliki potensi besar untuk membangun semesta industri film yang dapat bermanfaat bagi pembangunan manusia dan kebudayaan. Film mampu menguatkan kepribadian Indonesia yang seutuhnya bagi masyarakat global, berdampak luas pada pengembangan ekonomi kreatif dan kesejahteraan sosial pada umumnya. Seperti terlihat di Missoula, AS, melalui Big Sky Film Festival. (M-2)


*Daniel Rudi Haryanto adalah bagian dari Delegasi Eagle Institute Indonesia untuk Big Sky Film Festival 2023 Dokumenter Eagle Awards Film sinema Festival


Sumber: MediaIndonesia.com


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)